Bagaimana rasanya melihat tagihan kartu kredit bisa mencapai lebih dari
US$23.000 triliun hanya karena beli rokok? Mungkin kisah ini baru
dialami seorang pria di Amerika Serikat, Josh Muzynski. Kisah ini
berasal saat pria di kota Manchester, negara bagian New Hampshire, itu
membeli sebungkus rokok di suatu toko dekat stasiun pengisian bensin.
Seperti biasa, dia mengeluarkan kartu kredit untuk membayar
keperluannya. Tak lama kemudian, Josh mengecek jumlah
tagihan kartu kredit terakhir dengan laptopnya. Hasilnya, sangat
fantastis: $23.148.855.308.184.500, yang berarti 23 quadriliun, 148
triliun, 855 miliar, 308 juta, 184 ribu, 500 dolar. Singkatnya, 23 ribu
triliun dolar lebih. Sambil tak percaya, Josh pun menunjukkan tagihan
kartu kreditnya di laman Bank of America kepada kasir penjual rokok.
“Pria itu datang lagi dengan laptop-nya sambil menunjukkan jumlah
tagihan itu. Saya pun tidak percaya,” kata manajer toko, Debbie
Rodriguez, seperti dikutip di laman stasiun televisi WMUR-TV, Rabu 15
Juli 2009 waktu setempat. Padahal, menurut Rodriguez, dia saat itu hanya
mengenakan tagihan 5 dolar ke dalam kartu kredit Visa milik Josh,
sesuai dengan harga rokok yang dibeli. Artinya, ini merupakan kesalahan
dari bank. Josh lantas menghabiskan waktu selama dua jam untuk menelpon
staf Bank of America untuk mengadukan masalah itu. Pasalnya, dia
langsung dikenakan tambahan tagihan US$15. Keesokan harinya, pihak bank
meralat jumlah tagihan kartu kredit Josh. Kepada stasiun televisi
WMUR-TV, Bank of America menyatakan bahwa masalah itu sebaiknya
ditanyakan kepada Visa sebagai penerbit kartu kredit. Menurut Visa, Rabu
15 Juli 2009, masalah itu akibat “kesalahan pemrograman sementara.”
Menurut laman WMUR-TV, ternyata tidak hanya Josh yang kaget dengan
tagihan ajaib itu. Ribuan orang di New Hampshire di waktu yang bersamaan
ternyata juga sempat dibom jumlah tagihan puluhan triliun dolar hanya
karena membeli barang-barang kecil. (AP/VivaNews)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment